Bisnis.com, DENPASAR – Bank Indonesia mencatat hingga April 2025 transaksi inbound QRIS Cross Border di Bali mencapai 24.121 transaksi dengan nominal mencapai Rp7,1miliar.
Kepala Perwakilan BI Bali, Erwin Soeriadimadja menjelaskan angka transaksi terus meningkat setiap bulannya, baik secara inbound maupun outbound.
QRIS Cross Border telah diimplementasikan di Thailand, Malaysia, dan Singapura, akan diperluas ke negara Jepang dan China yang akan diujicobakan pada 17 Agustus 2025 mendatang, dan ke depan Korea dan India
“Dengan komitmen bersama perluasan akseptasi QRIS Cross Border dan peluncuran paket wisata QRIS Cross Border ini, Bank Indonesia berharap dapat mendorong penggunaan pembayaran digital di kalangan wisatawan, memperkuat inklusi keuangan, dan mengakselerasi pemulihan serta pertumbuhan ekonomi daerah melalui sektor pariwisata yang berkelanjutan,” jelas Erwin dikutip Rabu (4/6/2025).
Bank Indonesia Provinsi Bali dan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Provinsi Bali berkomitmen bersama untuk perluasan akseptasi QRIS Cross Border dan peluncuran paket wisata QRIS Cross Border. Erwin menjelaskan kolaborasi yang dilakukan dengan ASITA Provinsi Bali bertujuan untuk memperluas akseptasi, edukasi, dan penetrasi pasar atas implementasi digitalisasi pembayaran.
”Wujud dari komitmen bersama antara lain perluasan publikasi QRIS Cross Border kepada pengusaha counterpart travel agent, dan wisatawan yang akan melakukan perjalanan ke Bali dari 3 (tiga) negara target utama, yaitu Thailand, Malaysia dan Singapura,” ujar Erwin.
Baca Juga
BI juga melakukan sosialisasi QRIS Cross Border kepada anggota ASITA yang akan diperluas ke asosiasi pariwisata lainnya seperti Hotel General Manager Association (IHGMA), dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) selaku garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali.
Gubernur Bali, Wayan Koster menjelaskan pentingnya dukungan terhadap sektor pariwisata melalui percepatan digitalisasi, baik dalam promosi destinasi, sistem pembayaran, maupun pelayanan kepada wisatawan, guna menciptakan ekosistem pariwisata yang lebih modern, efisien, dan berdaya saing tinggi di tingkat global.
“Ekosistem pariwisata yang mencakup kemudahan dan kecepatan pembayaran dapat meningkatkan daya saing Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia,” jelas Koster.